Kamis, 09 Juni 2011

Analisis Instruksional


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Sistem  Instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem intruksional yang siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya.
         Tujuan adalah keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuan berfokus pada apa yang dapat dilakukan sibelajar ketika usai pelajaran. Tujuan instruksional idealnya diperoleh dari proses pengkajian / penelusuran kebutuhan (Need Assessment) yang menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan (Dick and Carey (2005) dalam Suparman (2004)).
         Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dicapai dilakukan dengan cara analisis. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dalam  mendesain sistem instruksional dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut:
  1. Menentukan kebutuhan instruksional dan menentukan tujuan instruksional umum
  2. Melakukan analisis instruksional
  3. Mengidentifikasikasi perilaku dan karakteristik awal pembelajar
  4. Menentukan tujuan instruksional khusus.
  5. Menulis tes acuan patokan
  6. Menyusun strategi instruksional
  7. Mengembangkan bahan instruksional
  8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
  9. Mendapatkan sistem instruksional
         Setelah mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk menentukan tujuan intruksional umum maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional.

2.      Permasalahan
Dari latar belakang masalah  maka yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apakah pengertian dari analisis instruksional?
2.      Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis instruksional?
3.      Langkah-langkah apakah yang digunakan daalam melakukan analisis instruksional?

3.      Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan untuk:
1.        Mengetahui pengertian analisis instruksional.
2.        Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis instruksional
3.        Mengetahui Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional.


B.     Pembahasan
1.      Analisis Instruksional
Analisis instruksional didefinisikan oleh Dick and Carey sebagai suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional, akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skills) yang diperlu­kan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Menurut P.J. Esseff, analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusu­n disain instruksional atau guru untuk membantu mereka di dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Zuhairi, 2008). Sedangkan Menurut Suparman (2004), analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahuluditinjau dari berbagai alas an seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis instruksional adalah  suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional.
Dari definisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa analisis instruksional bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan – kemampuan khusus yang diperlukan untuk mencapai kemampuan umum. Dari kegiatan analisis intruksional tersebut akan menghasilkan peta kompetensi dari materi yang akan diajarkan (Nugroho, 2011).
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran.
b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan.
c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pen­didik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.

Analisis instruksional penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional; arah kegiatan instruksional jelas terlihat secara bertahap menuju pencapaian TIU; dan terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU (Nugroho, 2011). Sedangkan menurut Kamas (2011), analisis intruksional dilaksanakan apabila TIK tidak konsisten dengan TIU, materi tes kurang terinci (tdk ada pengukuran tengah proses pembelajaran), urutan isi pelajaran kurang sistematis, titik awal pelajaran kurang sesuai dengan kemampuan awal siswa, dan penyajian guru tidak sesuai karakteristik siswa.
Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efisien dan efektif. Melalui tahap perilaku khusus, pembelajar akan mencapai perilaku umum (Hernawan dkk, 2006).
Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merapuakan bagian dari tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Dengan mencapai tujuan instruksional, siswa diharapkan mampu mencapai tujuan mata pelajaran yang lebih umum lagi berupa tujuan kurikuler, yaitu tujuan dari satiap mata peajaran. Setelah mencapai tujuan kurikuler, diharapkan tujuan institusional dapat tercapai, hingga tujuan pendidikan secara umum pun dapat tercapai. Apabila dituangkan dalam bentuk gambar, kaitan atau hubungan tingkatan tujuan pendidikan akan tampak sebagai berikut :

Tujuan
Pendidikan Nasional
Tujuan Institusional
Tujuan Kurikuler
Tujuan Instruksional Umum
(TIU/TPU)
Tujuan Instruksional Khusus
(TIK/TPK)

















Gambar tersebut menunjukkan bahwa TPU/TIU tidak mungkin dikuasai apabila belum menguasai TPK/TIK. Tujuan kurikuler akan dikuasai apabila telah mengusai TPU/TIU. Tujuan instritusional akan dikuasai apabila telah menguasai tujuan kurikuler dari semua mata pelajaran/bidang studi yang diajarkan pada diatu institusi pendidikan. Pembelajar akan mencapai tujuan pendidikan apabila semua tujuan institusional telah dikuasai.

2.      Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan Analisis Instruksional
         Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005) dalam Bancin dkk (2009), proses analisis instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan  (goal analysis) yang dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.


1.      Analisis Tujuan (Goal Analysis)
Hal yang harus diperhatikan adalah:
a.      Pengklarifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul.
Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni:
1.      Keterampilan intelektual
Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah  pembelajar harus mempu memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau informasi yang tidak ditemukan sebelumnya.
2.      Informasi Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik. Biasanya tujuan keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan. Kata kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu.
3.      Sikap
Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda dan kejadian. Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu. Sikap mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang yang sulit diukur dalam waktu singkat. Tujuan instruksional yang berfokus pada sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih. Sikap memilih dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative terhadap objek kejadian atau orang tertentu.
4.      Keterampilan psikomotor
Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil yang spesifik. Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik. Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan kelenturan.
Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?” Jawabannya adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu domain belajar diatas.

b.      Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika si belajar sedang menampilkan tujuan.
Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah tujuan.
Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram). (Dick and Carey, 2005)

Step 1               
Step 2
Step 3
Step 4
Step 5
 

Gbr. Flow diagram
Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah kata kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar  (keduanya proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi. Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran.
Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis). Tetapi sebelumnya ada bebrapa hal lagi yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan (goal analysis) berupa diagram keterampilan yang menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.
  
2.      Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)
Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah diketahui si belajar dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analysis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.
Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan beberapa domain / ranah segaligus. Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi  atau gambaran mengenai tugas utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum.
Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat menurut Dick and Carey (2005) yakni:
1.        Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
2.        Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
3.        Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan

Suparman (2004) membagi pendekatan tersebut sebagai proses  penguraian perilaku khusus ke dalam empat struktur perilaku. Empat susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut:
1.      Struktur Perilaku Hirarkial
Struktur ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain (perilaku=kemampuan).  Perilaku B misalnya, hanya dapat dipelajari bila siswa telah dapat melakukan perilaku A. Kedudukan A dan B disebut hierarkikal. Dalam suatu kurikulum, mata pelajaran A merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran B, atau Kompetensi Dasar (KD) A merupakan prasyarat untuk mengikuti Kompetensi Dasar (KD) B. Tanpa lulus KD A siswa tidak boleh atau tidak mungkin langsung mengikuti KD B.
Sebagai contoh:    Kedudukan perilaku mengamati jaringan tumbuhan dan memahami sel tumbuhan. Mengamati jaringan tumbuhan seperti mengamati sel penyusun, bentuk sel penyusun, ukuran sel penyusun tidak mungkin dilakukan bila siswa belum memahami tentang sel tumbuhan. Mengamati Jaringan Tumbuhan. Memahami Pengertian Sel Tumbuhan. Kedua perilaku tersebut tersusun secara hierarkikal. Memahami pengertian sel tumbuhan merupakan prasyarat untuk dapat mengamati jaringan tumbuhan.




2.      Struktur Perilaku Prosedural
Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain.
Contohnya dalam menggunakan mikroskop cahaya, sedikitnya ada empat perilaku khusus   yang terstruktur secara prosedural:
Ø Mengatur fokus
Ø Meletakkan preparat pada kaca benda
Ø Menggambar preparat
Ø Mengatur cahaya
Siswa dapat mempelajari cara mengatur cahaya dahulu. Pada kesempatan lain ia belajar meletakkan preparat pada kaca benda, kemudian mengatur fokus dan menggambar preparat.
Perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal. Bila dilukiskan pada bagan mudah dibedakan dari perilaku yang tersusun secara hierarkikal yang tampak dihubungkan dengan garis vertikal.

3.      Struktur Perilaku Pengelompokan
Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antara perilaku-perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai contoh dalam mata pelajaran biologi yang menjelaskan sistem organ pada tubuh manusia. Bila digambarkan dalam bagan, kedudukan perilaku-perilaku khusus tersebut tampak sebagai berikut :
Ø Menjelaskan sistem organ pada tubuh manusia
Ø Menjelaskan sistem respirasi
Ø Menjelaskan sistem pencernaan
Ø Menjelaskan sistem ekskresi
Ø Menjelaskan sistem gerak
Ø Menjelaskan sistem respirasi
Ø Menjelaskan sistem reproduksi
Ø Menjelaskan sistem saraf
Ø Menjelaskan sistem endokrin

4.      Struktur Perilaku Kombinasi
Struktur ini adalah perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkial, procedural dan pengelompokan.
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mensyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
Contoh dari perilaku struktur kombinasi adalah perilaku umum mengoperasikan mikroskop cahaya dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai berikut :
Ø Meletakkan preparat pada kaca benda
Ø Menggambar preparat
Ø Mengatur cahaya
Ø Mengatur fokus
Ø Merangkaikan meletakkan preparat pada preparat pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat
Ø Menjelaskan teknik meletakkan preparat pada kaca benda
Ø Menjelaskan teknik mengatur cahaya
Ø Menjelaskan teknik mengatur fokus
Ø Menjelaskan teknik menggambar preparat

Perilaku umum mengoperasikan mikroskop cahaya terbentuk dengan merangkaikan perilaku meletakkan preparat pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat. Perilaku merangkaikan tersebut dapat dilakukan bila telah menguasai keempat perilaku yaitu meletakkan preparat pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat yang tentu saja membutuhkan prasyarat.
Setiap orang dapat memilih perilaku mana yang harus didahulukan diantara empat perilaku khusus tersebut. Karena itu kedudukan keempat perilaku tersebut antara satu dan yang lain terstruktur sebagai prosedural, karena dalam merangkaikan keempatnya berurutan. Perilaku meletakkan preparat pada kaca benda mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik meletakkan preparat pada kaca benda. Perilaku mengatur cahaya mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur cahaya. Demikian pula perilaku mengatur fokus mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur fokus. Sedangkan perilaku menggambar preparat memerlukan prasyarat menjelaskan teknik menggambar preparat. Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara prosedural dan hierarkikal  (Afifuddin, 2009).

3.      Langkah Melaksanakan Analisis Instruksional
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis intruksional adalah sebagai berikut:
1.      Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang dikembangkan
2.      Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut
3.      Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum
4.      Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus tersebut.
5.      Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm
6.      Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial
7.      Jika perlu,  tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau dikurangi bila dianggap lebih
8.      Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.
9.      Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda.
10.  Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.
11.  Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan:
-          Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
-          Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
-          Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial, presedural, pengelompokan atau kombinasi)




C.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Analisis intruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional.
2.      Dalam melaksanakan analisis instruksional, harus memperhatikan analisis tujuandan analisis keterampilan pra syarat.
3.      Langkah dalam melaksanakan analisis instruksional adalah menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU, menuliskan setiap perilaku khusus, menyusun perilaku khusus kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis, menambah atau mengurangi perilaku khusus tersebut, menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu, menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain, menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun, meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda, memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum, dan mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan.








DAFTAR PUSTAKA


Afifudin, Nur.  2009,  Analisis Instruksional. Diambil pada tanggal 6 Maret 2011 dari  http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/    analisis-instruksional.html

Bancin, H. M. T., dkk. 2009. Analisis Instruksional. Diambil pada tanggal 6 Maret 2011 dari ochanbhancine.files.wordpress.com/.../analisis-instruksional-presentase.doc

Hernawan, dkk. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Kamas, didik. 2011. Analisis Instruksional. Diambil pada tanggal 6 maret 2011 dari http://www.scribd.com/doc/15508737/ANALISIS-INSTRUKSIONAL

Nugroho, Widyo. 2011. Analisis Instruksional. Diambil pada tanggal 6 Maret 2011 dari widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5746/desain Instr.ppt

Nugroho, Widyo. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran. Diambil pada tanggal 6 Maret 2011 dari widyo.staff.gunadarma.ac.id/ Downloads/files/.../Pengem.Prog.Pemb.ppt

Suparman, M. A. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

Zuhairi. 2008. Analisis Instruksional. Diambil pada tanggal 6 Maret 2011 dari http://zuhairi-stain.blogspot.com/2008/02/analisis-instruksional.html